Makalah Sejarah Kesultanan Sambas


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada masa sekarang ini, banyak orang tidak mengetahui tentang sejarah kerajaan sambas. Mulai dari orang tua sampai anak-anak sudah lupa tentang sejarah daerah mereka sendiri. Padahal betapa pentingnya bagi kita untuk mengetahui sejarah kerajaan yang ada di daerah kita.
Kerajaan sambas yang ada di daerah kita sudah sejak lama telah ada. Tapi sekarang ini orang sudah tidak mengenal lagi dan banyak diantaranya yang tidak mengetahuinya, bahkan tidak lagi peduli tentang sejarah yang ada. Kita sebagai bangsa yang baik adalah orang yang tidak lupa akan sejarahnya.
Sambas kaya akan sejarahnya. Dimulai cerita Sambas tua, dilanjutkan dengan sejarah kerajaan yang pernah berdiri di Sambas.Peninggalan dan bekas sejarah juga banyak dijumpai dan dirawat sampai sekarang. Besarnya peranan tokoh-tokoh dari Sambas terhadap peradaban dunia juga banyak disoroti sampai sekarang.
Hal itu yang menyebabkan kami ingin sekali menyusun informasi yang bisa diabadikan buat anak cucu kita dimasa depan yang mau melihat dan mempelajari sejarah umumnya,dan khususnya sejarah Sambas itu sendiri. Memang usaha yang aku tempuh bukanlah dengan jalan berjalan sendiri. Dukungan moral DSB sangat diperlukan disini.Karena ini menyangkut dengan masa depan Sambas sendiri yang pernah membangun suatu peradaban dunia yang disegani dan masih dipakai sampai sekarang.

Sedikit harapanku,sebelum mengakhiri pembukaan untuk sejarah ini. Mari kita melihat kembali sejarah .karena, sejarah telah membuktikan kita sekarang bisa lebih baik dan lebih maju.Tapi mengapa hari ini kita semua seperti kehilangan cahaya,kekuatan dan jati diri untuk dikembalikan pada diri kita sendiri?. oleh itu peran kita semua sangat diperlukan,jadilah tokoh-tokoh yang bisa diteladani dan tertulis dalam sejarah peradaban Dunia.Ini bukanlah sebuah angan-angan jika kita mulai dari sekarang menjadi pribadi yang menghargai dan tidak lupa akan sejaranya.
Oleh karena itu, kami sebagai penerus bangsa dan juga masih peduli akan sejarah betapa pentingnya mengetahui tentang sejarah kerajaan sambas. Dari itulah  kami mengangkat permasalahan ini sebagai bahan makalah.
B. Rumusan Masalah
1.        Bagaimana asal mula kesultanan sambas ?
2.        Apa peristiwa-peristiwa penting masa kesultanan sambas ?
3.        Apa saja peninggalan Kesultanan Sambas ?
4.        Siapa yang pernah menjadi sultan di Kerajaan Sambas ?
C. Tujuan Penulisan
1.      Menyelesaikan tugas yang diberikan oleh panitia PCWB AMKS Pantai Utara di Pontianak
2.      Agar para pembaca dapat mengetahui lebih jauh tentang sejarah kerajaan sambas
3.      Dapat menambah wawasan warga Asrama Mahasiswa Kabupaten Sambas dan dapat menjelaskan tentang sejarah Kerajaan Sambas


BAB II
PEMBAHASAN
A. Kesultanan Sambas
1.    Sejarah Ringkas Kesultanan Sambas
Kesultanan Sambas adalah kesultanan yang terletak di wilayah pesisir utara Propinsi Kalimantan Barat atau wilayah barat laut Pulau Borneo (Kalimantan)dengan pusat pemerintahannya adalah di Kota Sambas sekarang. Kesultanan Sambas adalah penerus dari kerajaan-kerajaan Sambas sebelumnya.
Kerajaan yang bernama Sambas di Pulau Borneo atau Kalimantan ini telah ada paling tidak sebelum abad ke-14 M sebagaimana yang tercantum dalam Kitab Negara Kertagama karya Prapanca. Pada masa itu Rajanya mempunyai gelaran "Nek" yaitu salah satunya bernama Nek Riuh. Setelah masa Nek Riuh, pada sekitar abad ke-15 M muncul pemerintahan Raja yang bernama Tan Unggal yang terkenal sangat kejam. Karena kekejamannya ini Raja Tan Unggal kemudian dikudeta oleh rakyat dan setelah itu selama puluhan tahun rakyat di wilayah Sungai Sambas ini tidak mau mengangkat Raja lagi.
Pada masa kekosongan pemerintahan di wilayah Sungai Sambas inilah kemudian pada awal abad ke-16 M (1530 M) datang serombongan besar Bangsawan Jawa (sekitar lebih dari 500 orang) yang diperkirakan adalah Bangsawan Majapahit yang masih hindu melarikan diri dari Pulau Jawa (Jawa bagian timur) karena ditumpas oleh pasukan Kesultanan Demak dibawah Sultan Demak ke-3 yaitu Sultan Trenggono.
Pada saat itu di pesisir dan tengah wilayah Sungai Sambas ini telah sejak ratusan tahun didiami oleh orang-orang Melayu yang telah mengalami asimilasi dengan orang-orang Dayak pesisir dimana karena saat itu wilayah ini sedang tidak ber-Raja (sepeninggal Raja Tan Unggal) maka kedatangan rombongan Bangsawan Majapahit ini berjalan mulus tanpa menimbulkan konflik. Rombongan Bangsawan Majapahit ini kemudian menetap di hulu Sungai Sambas yaitu di suatu tempat yang sekarang disebut dengan nama "Kota Lama". Setelah sekitar lebih dari 10 tahun menetap di "Kota Lama" dan melihat keadaan wilayah Sungai Sambas ini aman dan kondusif maka kemudian para Bangsawan Majapahit ini mendirikan sebuah Panembahan / Kerajaan hindu yang kemudian disebut dengan nama "Panembahan Sambas".
Raja Panembahan Sambas ini bergelar "Ratu" (Raja Laki-laki)dimana Raja yang pertama tidak diketahui namanya yang kemudian setelah wafat digantikan oleh anaknya yang bergelar Ratu Timbang Paseban, setelah Ratu Timbang Paseban wafat lalu digantikan oleh Adindanya yang bergelar Ratu Sapudak. Pada masa Ratu Sapudak inilah untuk pertama kalinya diadakan kerjasama perdagangan antara Panembahan Sambas ini dengan VOC yaitu pada tahun 1609 M.
Pada masa Ratu Sapudak inilah rombongan Sultan Tengah (Sultan Sarawak ke-1) bin Sultan Muhammad Hasan (Sultan Brunei ke-9) datang dari Kesultanan Sukadana ke wilayah Sungai Sambas dan kemudian menetap di wilayah Sungai Sambas ini (daerah Kembayat Sri Negara. Anak laki-laki sulung Sultan Tangah yang bernama Sulaiman kemudian dinikahkan dengan anak bungsu Ratu Sapudak yang bernama Mas Ayu Bungsu sehingga nama Sulaiman kemudian berubah menjadi Raden Sulaiman. Raden Sulaiman inilah yang kemudian setelah keruntuhan Panembahan Sambas di Kota Lama mendirikan Kerajaan baru yaitu Kesultanan Sambas dengan Raden Sulaiman menjadi Sultan Sambas pertama bergelar Sultan Muhammad Shafiuddin I yaitu pada tahun 1671 M.
Jadi Kesultanan Sambas berbeda dengan Panembahan Sambas apalagi Kerajaan Melayu hindu Sambas yang bernaung kepada Kerajaan Banjar itu. Sedangkan Kesultanan Sambas tidak pernah bernaung dibawah Kerajaan manapun yang mana Sultan-Sultan Sambas itu adalah Keturunan Nabi Muhammad Saw (Ahlul Bayt) melalui Sultan-Sultan Brunei. Sedangkan yang tercantum dalam Kitab Negarakertagama itu adalah Kerajaan Sambas kuno yang menunjukkan bahwa paling tidak sekitar abad ke-13 M di wilayah Sungai Sambas telah berdiri Kerajaan yang cukup besar. Sedangkan Kesultanan Sambas adalah Dinasti Penguasa di Sungai Sambas yang paling akhir masanya dimana pada masa berdirinya Kesultanan Sambas, Kerajaan Majapahit telah runtuh sedangkan Kesultanan Banten dan Kesultanan Demak kekuasaannya tidak sampai ke Kesultanan Sambas apalagi Kesultanan Mataram terlalu lemah yang kemudian pecah menjadi 3 buah Kesultanan yang kecil-kecil (Yogyakarta, Mangkunegara dan Surakarta). Bahkan Kesultanan Sambas selama sekitar 100 tahun yaitu dari paruh pertama abad ke-18 hingga paruh pertama abad ke-19 M merupakan Kerajaan Terbesar di wilayah pesisir Barat Pulau Borneo ini (Kalimantan Barat) hingga kemudian Hindia Belanda masuk ke wilayah pesisir Barat Pulau Borneo ini pada awal abad ke-19 M dimana pihak Hindia Belanda ini yang membuat besar Kesultanan Pontianak sehingga kemudian Kesultanan Pontianak menggantikan posisi Kesultanan Sambas sebagai Kerajaan Terbesar di wilayah ini pada masa itu.





B. Batas Wilayah Kekuasaan Kesultanan Sambas
Batas wilayah Kesultanan Sambas pada awalnya yaitu ketika didirikan pertama kali oleh Raden Sulaiman (Sultan Muhammad Shafiuddin I) adalah meliputi wilayah Sungai Sambas dan percabangannya serta wilayah Sungai Paloh dan percabangannya. Ketika pada masa Sultan Sambas ke-2 yaitu Sultan Muhammad Tajuddin I (Raden Bima) batas wilayah Kesultanan Sambas telah meluas meliputi Sungai Sambas hingga wilayah Sungai Selakau dan percabangannya. Wilayah kekuasaan Kesultanan Sambas kemudian terus meluas hingga pada masa Sultan Sambas ke-4 (Sultan Abubakar Kamaluddin) wilayah kekuasaan Kesultanan Sambas telah meliputi mulai dari Tanjung Datuk di utara hingga ke Sungai Duri di selatan kemudian daerah Montraduk dan Bengkayang di tenggara hingga ke daerah Seluas dan Sungkung di sebelah timur. Wilayah kekuasaan Kesultanan Sambas dari masa Sultan Sambas ke-4 (Sultan Abubakar Kamaluddin) ini kemudian terus bertahan hingga berakhirnya masa pemerintahan Kesultanan Sambas selama sekitar 279 tahun (dengan melalui 15 Orang Sultan dan 2 orang Kepala Pemerintahan) yaitu dengan bergabung ke dalam Republik Indonesia Serikat (RIS)pada tahun 1950 M. Pada tahun 1956 M, bekas wilayah kekuasaan Kesultanan Sambas itu (yaitu wilayah Kesultanan Sambas sejak Sultan Sambas ke-4 hingga berakhirnya pemerintahan Kesultanan Sambas itu) secara utuh dijadikan wilayah Kabupaten Sambas (sebagaimana tercantum dalam Berita Daerah Kalimantan Barat mengenai pembentukan Kabupaten Sambas pada tahun 1956 M). Wilayah Kabupaten Sambas ini kemudian terus bertahan hingga kemudian pada tahun 2000 M, wilayah Kabupaten Sambas itu dimekarkan menjadi 3 Daerah Pemerintahan yaitu Kabupaten Sambas, Kota Singkawang dan Kabupaten Bengkayang hingga sekarang ini.
C. Peristiwa-Peristiwa Penting Masa Kesultanan Sambas
Pada masa pemerintahan Sultan Abubakar Tajuddin I dan Sultan-Sultan berikutnya telah terjadi peristiwa-peristiwa penting antara lain:
1.     Perang Melawan Siak
Siak atau nama lengkapnya Siak Sri Indrapura adalah nama sebuah kerajaan di Riau, Sumatera. Pada tahun 1779, raja Ismail dari Siak bersama bala tentaranya menyerang Sambas. Terjadilah peperangan yang menimbulkan banyak korban dikedua belah pihak. Dibawah pimpinan Pangeran Anom, akhirnya serangan ini bisa dipatahkan.
Tentara-tentara dari Siak berhasil dipukul mundur oleh pahlawan-pahlawan Sambas. Pada tahun 1801, dengan angkatan perang yang lebih besar dan persenjataan yang lebih lengkap, Siak menyerang lagi yang dipimpin langsung oleh Sultan Siak sendiri yaitu Said Ali. Serangan yang kedua ini lebih hebat lagi. Permaisuri Siak yang terkenal gagah berani ikut berperang di sini. Ia maju menyerbu laksana seekor harimau sehingga mengakibatkan banyak korban di pihak sambas. Melihat pasukannya kocar-kacir, Pangeran Anom menyerbu ke Medan pertempuran. Beliau menembakkan sebuah peluru “ Petunang “ yang menyambar seperti petir dan tepat mengenai sasarannya. Permaisuri Siak meninggal pada waktu itu juga. Pangeran Aru dari Siak juga tewas di tangan Pangeran Lawang Tendi dari Sambas.
Dengan meninggalnya Permaisuri Siak, angkatan perang Siak terpecah belah, masing-masing menyelamatkan diri dan kembali ke Siak. Kemenangan kembali ada di pihak Kerajaan Sambas.

2.     Perselisihan dengan Mempawah
Peristiwa ini terjadi pada tahun 1799.. Semua ini karena ada pengertian dari kedua belah pihak. Sebagai tindak lanjut, diadakan perjanjian antar keduanya. Adapun isi perjanjian itu adalah perselisihan dianggap selesai dan keduanya tidak akan saling menyerang.

3.      Perang dengan Cina
Daerah Sambas terkenal kaya akan tambang emas sehingga banyak orang dari luar negeri yang datang ke Sambas untuk mencari emas tersebut terutama orang-orang Cina. Para pencari emas dari bangsa Cina mendirikan beberapa kongsi, antara lain “Thai Kong”  yang meliputi daerah Lara, Lumar, dan Menterado. Kongsi yang lain adalah kongsi “Sam Thu Kiau” yang meliputi daerah Pemangkat, Seminis dan Sabawi.
Produksi yang diperoleh kongsi-kongsi itu semakin hari semakin meningkat. Pembayaran upeti (pajak) ke kerajaan berjalan lancer. Pendapatan kerajaan semakin bertambah dan hal ini mengakibatkan rakyat pun hidup dengan makmur. Pada tahun 1795, terjadi persengketaan antara kedua kongsi tersebut. Persengketaan itu akhirnya menjadi perang saudara. Sam Thu Kiau minta bantuan kepada Pangeran Anom dan berjanji akan setia dan tidak mendurhakai rakyat Sambas. Dengan pasukan gabungan yang dipimpin oleh Pangeran Anom, pasukan Thai Kong dapat dikalahkan. Tetapi nasib malang bagi Kerajaan Sambas karena dalam pertempuran itu telah gugur seorang Pangeran yang bernama Teuku Tambo. Teuku Tambo adalah Panglima Perang Sultan Siak yang menyerah kepada Pangeran Anom.
4.      Perang dengan Inggris
Pada tahun 1789  Imam Yacub disuruh oleh Sultan Akamuddin II pergi ke Jawa untuk membuat jambangan emas. Karena diserang angin ribut, maka perahunya kesasar di perairan Banjarmasin. Disnilah Imam Yacub dan anak buahnya dibunuh dan semua barang-barangnya dirampok oleh tentara-tentara Banjarmasin. Melihat hal itu, Pangeran Anom memimpin angkatan perangnya untuk menyerang ke Banjarmasin.
Dalam perjalanan Pangeran Anom ke Banjarmasin telah terjadi suatu peperangan dengan sebuah kapal perang Inggris. Tentara Inggris dapat dikalahkan dan kapalnya ditenggelamkan. Pada tahun 1812 sewaktu Pangeran Anom berkunjung ke Serawak, kapal perang Inggris menyerang Sambas. Penyerangan ini sebagai balasan atas tenggelamnya kapal Inggris di perairan Banjarmasin tahun 1789 itu. Karena Pangeran Anom tidak ditempat, maka Pangeran Muda (Putera Pangeran Anom) ditunjuk memimpin angkatan perang Sambas menghadapi musuh. Dengan penjagaan yang ketat dan kewaspadaan yang tinggi, tentara Inggris tidak berhasil menembus pertahanan tentara Sambas.akhirnya tentara inggris  menyelinap dan membujuk salah seorang  rakyat sambas untuk  menunjukan tempat  pertahanan tentara  sambas yang lemah. Karena telah di suap  dengan uang,  ada rakyat yang menunjukan  jalan menuju  kota sambas dengan aman.  Tentara inggris mendaratkan pasukan nya di kartiasa, kemudian di tepi sungai kecil  dan akhirnya masuk ke dalam kota sambas.
Kedatangan  pasukan ini menimbulkan  peperang, sayang sekali pada perang ini pasukan sambas  bisa di kalahkan. Banyak panglima perang  dan rakyat yang gugur. Termasuk yang gugur dalam peperangan  ini adalah  Pangeran Muda. Tentara inggris terus masuk menyusuri  sungai sambas kecil  hingga ke muara sungai Teberau dan membakar kampong nya. Kampong yang pernah di bakar pada waktu itu, sekarang di namakan kampong Angus. Pada tahun 1813 sambas menyerah pada Inggris.
5.      Perang dengan Cina II
Pada tahun 1850,  dimasa pemerintahan Sultan Abubakar Tajuddin II, seluruh pemilik tambang emas yang tergabung dalam  kongsi-kongsi menggabungkan  diri menjadi satu, mereka tidak mau membayar upeti pada Sultan. Bahkan mereka  melancarkan  seranga untuk menguasai negeri sambas, karena serangan itu tidak bisa di tumpas, atas hasil musyawarah sultan sambas meminta  bantuan kepada Belanda. Pada Tahun 1851 bala bantuan Belanda datang ke sambas pasukan belanda ini di pimpin oleh Letkol Zorg.benteng Sam Thukiau di pemangkat berhasil di rebut  dalam peperangan merebut benteng Sam Thu Kiau tersebut Letkol. Zorg tewas di tangan  pasukan cina  dia di makam kan di bukit panembungan sambas. Pemberontakan cina masih berlanjut, pada tahun 1854 di datangkan  lagi pasukan belanda  yang di pimpin oleh letkol Anderssen. Dengan bantuan ini, cina bisa di kalahkan  dan kongsi-kongsi cina itu akhirnya bubar.
6.        Pengaruh Kedatangan Jepang
Setelah memerintah kira-kira 4 tahun, Baginda Sultan Muhammad Ali Shafiuddin II wafat. Pemerintahan Kesultanan Sambas diserahkan kepada keponakannya yaitu Raden Muhammad Mulia Ibrahim bin Pangeran Adipati Achmad bin Sultan Muhammad Shafiuddin II menjadi Sultan Sambas ke-15 dengan gelar Sultan Muhammad Mulia Ibrahim Shafiuddin. Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Mulia Ibrahim Shafiuddin inilah, pasukan Jepang masuk ke Sambas. Sultan Muhammad Mulia Ibrahim Shafiuddin kemudian menjadi salah seorang korban keganasan pasukan Jepang ini yaitu bersama dengan sebagian besar Raja-Raja lainnya yang ada di wilayah Borneo (Kalimantan barat) ini di bunuh pasukan Jepang di daerah Mandor. Sultan Muhammad Mulia Ibrahim Shafiuddin inilah Sultan Sambas yang terakhir. Setelah Sultan Muhammad Mulia Ibrahim Shafiuddin terbunuh oleh Jepang, pemerintahan Kesultanan Sambas dilanjutkan oleh sebuah Majelis Kesultanan Sambas hingga kemudian dengan terbentuknya Negara Republik Indonesia, pada tahun 1956 M, Majelis Kesultanan Sambas kemudian memutuskan untuk bergabung dalam Negara Republik Indonesia itu.
D. Peninggalan Kesultanan Sambas
Peninggalan dari jejak Kesultanan Sambas yang masih ada hingga saat ini adalah Masjid Jami' Kesultanan Sambas, Istana Sultan Sambas, Makam-makam Sultan Sambas dari Sultan Sambas pertama hingga Sultan Sambas ke-14 serta sebagian alat-alat kebesaran Kerajaan seperti tempat tidur Sultan terakhir, kaca hias, seperangkat alat untuk makan sirih, pakaian kebesaran Sultan, payung ubur-ubur, tombak canggah, 3 buah meriam canon di depan istana dan 2 buah meriam lele, 2 buah tempayan keramik dari negeri Tiongkok dan 4 buah kaca cermin besar dari Kerajaan Perancis dan 2 buah kaca cermin besar dari Kerajaan Belanda. Sebagian besar barang-barang peninggalan Kesultanan Sambas lainnya telah hilang atau terjual oleh oknum tertentu, namun secara fisik jejak Kesultanan Sambas masih terlihat jelas dan terasa kuat di Sambas ini. Juga Keturunan dari Sultan-Sultan Sambas ini bertebaran di wilayah Borneo (Kalimantan) Barat ini baik di Kota Sambas, Singkawang dan Pontianak yang sebagiannya masih menggunakan gelaran Raden.


E. Sultan-Sultan Sambas
Sultan-Sultan Sambas seluruhnya berjumlah 15 Sultan yaitu :
1.        Sultan Muhammad Shafiuddin I bin Sultan Ibrahim Ali Omar Shah ( Sultan Tengah ) (1671 - 1682)
2.        Sultan Muhammad Tajuddin bin Sultan Muhammad Shafiuddin I (1682 - 1718)
3.        Sultan Umar Aqamaddin I bin Sultan Muhammad Tajuddin (1718 - 1732)
4.        Sultan Abubakar Kamaluddin bin Sultan Umar Aqamaddin I (1732 - 1762)
5.        Sultan Umar Aqamaddin II bin Sultan Abubakar Kamaluddin (1762 - 1786) dan (1793 - 1802)
6.        Sultan Achmad Tajuddin bin Sultan Umar Aqamaddin II (1786 - 1793)
7.        Sultan Abubakar Tajuddin I bin Sultan Umar Aqamaddin II (1802 - 1815)
8.        Sultan Muhammad Ali Shafiuddin I bin Sultan Umar Aqamaddin II (1815 - 1828)
9.        Sultan Usman Kamaluddin bin Sultan Umar Aqamaddin II (1828 - 1832)
10.    Sultan Umar Aqamaddin III bin Sultan Umar Aqamaddin II (1832 - 1846)
11.    Sultan Abu Bakar Tajuddin II bin Sultan Muhammad Ali Shafiuddin I (1846 - 1854)[2]
12.    Sultan Umar Kamaluddin bin Sultan Umar Aqamaddin III (1854 - 1866)
13.    Sultan Muhammad Shafiuddin II bin Sultan Abubakar Tajuddin II (1866 - 1924)
14.    Sultan Muhammad Ali Shafiuddin II bin Sultan Muhammad Shafiuddin II (1924 - 1926)
15.    Sultan Muhammad Ibrahim Shafiuddin bin Pangeran Adipati Achmad bin Sultan Muhammad Shafiuddin II (1931 - 1944) ( Sultan Sambas Terakhir )
16.    Pangeran Ratu Muhammad Taufik bin Sultan Muhammad Ibrahim Shafiuddin (1944 - 1984) ( Kepala Rumah Tangga Istana Kesultanan Sambas )
17.    Pangeran Ratu Winata Kusuma bin Pangeran Ratu Muhammad Taufik (2000 - 2008) ( Kepala Rumah Tangga Istana Kesultanan Sambas )
18.    Pangeran Ratu Muhammad Tarhan bin Pangeran Ratu Winata Kesuma (2008 hingga sekarang) sebagai Pewaris Kepala Rumah Tangga Istana Kesultanan Sambas.
Adapun Silsilah Figur-Figur yang pernah memerintah di Kesultanan Sambas selama 279 Tahun masa pemerintahan Kesultanan Sambas yaitu dari sejak Kesultanan Sambas berdiri pada tahun 1671 M hingga berakhirnya masa pemerintahan Kesultanan Sambas dengan bergabung kepada Republik Indonesia Serikat (RIS) pada tahun 1950 M, adalah sebagai berikut :
1.        Sultan Muhammad Shafiuddin I (Raden Sulaiman bin Sultan Tengah) Tahun : 1671 - 1682 M
2.        Sultan Muhammad Tajuddin I (Raden Bima bin Sultan Muhammad Shafiuddin I )Tahun : 1682 - 1718 M
3.        Sultan Umar Aqamaddin I (Raden Mulia / Meliau bin Sultan Muhammad Tajuddin I) Tahun : 1718 - 1732 M
4.        Sultan Abubakar Kamaluddin (Raden Bungsu bin Sultan Umar Aqamaddin I) Tahun : 1732 M - 1762 M
5.        Sultan Umar Aqamaddin II (Raden Jamak bin Sultan Abubakar Kamaluddin) Tahun : 1762 - 1786 M & 1793 - 1802 M
6.        Sultan Muhammad Tajuddin II (Raden Ahmad / Gayong bin Sultan Umar Aqamaddin II) Tahun : 1786 - 1793 M
7.        Sultan Abubakar Tajuddin II (Raden Mantri bin Sultan Umar Aqamaddin II) Tahun : 1802 - 1815 M
8.        Sultan Muhammad Ali Shafiuddin I (Raden Anom / Pasu bin Sultan Umar Aqamaddin II) Tahun : 1815 - 1828 M
9.        Sultan Usman Kamaluddin (Raden Sumba bin Sultan Umar Aqamaddin II) Tahun : 1828 - 1830 M
10.    Sultan Umar Aqamaddin III (Raden Semar bin Sultan Umar Aqamaddin II) Tahun : 1830 - 1846 M
11.    Sultan Abubakar Tajuddin II (Raden Ishaq bin Sultan Muhammad Ali Shafiuddin II) Tahun : 1846 - 1855 M
12.    Sultan Umar Kamaluddin (Raden Tokok bin Sultan Umar Aqamaddin III) Tahun : 1855 - 1866 M
13.    Sultan Muhammad Shafiuddin II (Raden Hafifuddin bin Sultan Abubakar Tajuddin II) Tahun : 1866 - 1922 M
14.    Sultan Muhammad Ali Shafiuddin II (Raden Muhammad Arif bin Sultan Muhammad Shafiuddin II) Tahun : 1922 - 1926 M
15.    Pangeran Bendahara Muhammad Tayeb (Raden Muhammad Tayeb bin Sultan Muhammad Shafiuddin II) Tahun : 1926 - 1931 M
16.    Sultan Muhammad Mulia Ibrahim Shafiuddin (Raden Muhammad Mulia Ibrahim bin Pangeran Adipati Achmad bin Sultan Muhammad Shafiuddin II) Tahun : 1931 – 1944 M.
17.    Pangeran Tumenggung Jaya Kesuma Muchsin Panji Anom (Raden Muchsin Panji Anom bin Pangeran Cakra Negara Sulaiman Panji Anom bin Pangeran Muda Nata Kesuma Abdul Muthalib bin Sultan Abubakar Tajuddin II) Tahun : 1946 - 1950 M

F. Gelar, Sebutan Penghormatan dan Jabatan di Kesultanan Sambas
1.        Seluruh Sultan Sambas disamping mempunyai nama batang tubuh juga mempunyai nama gelaran seperti Raden Sulaiman bergelar Sultan Muhammad Shafiuddin I, Raden Ishaq bergelar Sultan Abubakar Tajuddin II dan lainnya.
2.        Sultan dengan sebutan penghormatan: Sri Paduka al-Sultan Tuanku (gelar Sultan) ibni al-Marhum (nama dan gelar bapak), Sultan dan Yang di-Pertuan Sambas, dengan panggilan Yang Mulia.
3.        Sultan yang mengundurkan diri dari Tahta mempunyai sebutan kehormatan "Yang Dipertuan Sultan" dan menggunakan nama gelarannya sewaktu menjadi Sultan misalnya : Yang Dipertuan Sultan Muhammad Shafiuddin II.
4.        Permaisuri: Sri Paduka Ratu (gelar).
5.        Putra Mahkota (Pewaris Resmi Kerajaan) mempunyai sebutan kehormatan "Sultan Muda" atau "Pangeran Ratu" atau "Pangeran Adipati" namun tidak mempunyai gelar, jadi langsung kepada nama batang tubuhnya / panggilannya. Putra Mahkota ini biasanya dipilih dari anak laki-laki sulung dari Permaisuri yang disebut dengan nama "Anak Gahara".
6.        Anak Sulung Sultan dari istri bukan Permaisuri mempunyai sebutan kehormatan "Pangeran Muda".
7.        Dibawah Sultan Sambas terdapat 4 Jabatan Wazir dengan sebutan kehormatan "Pangeran" dan mempunyai nama gelaran yaitu : Wazir I bergelar Pangeran Bendahara Sri Maharaja, Wazir II bergelar Pangeran Paku Negara, Wazir III bergelar Pangeran Tumenggung JayaKesuma dan Wazir IV bergelar Pangeran Laksmana. Keempat Wazir ini diketuai oleh Wazir I (Pangeran Bendahara Sri Maharaja)dan keempatnya harus berasal dari kerabat dekat Sultan Sambas dan mempunyai nasab yang sama.
8.        Dibawah Wazir terdapat Menteri-Menteri Kerajaan dengan sebutan kehormatan "Pangeran" yang diantaranya bergelar Pangeran Cakra Negara, Pangeran Amar Diraja dan lainnya.
9.        Dibawah Pangeran terdapat Chateria Kerajaan dengan sebutan kehormatan "Pangeran" namun tidak mempunyai nama gelaran jadi langsung kepada nama batang tubuhnya / panggilannya.
10.    Anak-anak dari Pangeran, Pangeran Ratu atau Pangeran Adipati dan Pangeran Muda semuanya mempunyai sebutan kehormatan "Raden".
11.    Anak-anak dari Raden mempunyai sebutan kehormatan "Urai". "Urai" dapat kemudian menjadi "Raden" tetapi dengan suatu pengangkatan secara resmi oleh Sultan.


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada abad ke-16 di Kota Lama (kecamatan Telok Keramat, 36 km dari kota Sambas) telah berdiri sebuah kerajaan yang diperintah oleh Ratu Sepudak, salah seorang dari tujuh perwira dari kerajaan Majapahit yang menganut agama Hindu. Dalam masa pemerintahannya, datang Sultan Raja Tengah dari kerajaan Brunei. Raja Tengah datang bersama istrinya, Ratu Surya dari kerajaan Tanjungpura, dan putranya, Raden Sulaiman. Keluarga ini kemudian memberikan pengaruh Islam kepada seluruh kerabat kerajaan dan rakyatnya 
Atas meninggalnya Ratu Anom Kusuma, diangkatlah putranya yang bernama Raden Bekut menjadi raja dengan gelar Panembahan Kota Balai. Raden Bekut beristrikan Mas Ayu Krontiko, putri Pangeran Mangkurat. Raden Mas Dungun, putra Raden Bekut, adalah panembahan terakhir Kota Balai. Kerajaan ini kemudian berakhir karena utusan Raden Sulaiman menjemput mereka kembali ke Sambas.
Kurang lebih tiga tahun kemudian, berpindahlah mereka mendirikan pusat pemerintahannya ke Lubuk Mandung, pada persimpangan tiga sungai, yakni sungai Sambas Kecil, sungai Subah dan sungai Teberau. Kota ini juga disebut Muara Ulakan. Di tempat inilah didirikan keraton Sambas dan Raden Sulaiman dinobatkan menjadi raja pertama kerajaan Sambas.

B. Saran
Seharusnya dengan mengetahui sejarah kerajaan sambas kita bisa menambah wawasan yang lebih. Sebagai orang yang terpelajar hendaknya kita harus mengetahui tentang sejarah kerajaan sambas. Apabila kita tidak mengetahui tentang sejarah kerajaan sambas, tentunya kerajaan sambas akan tenggelam sejarahnya dari kerajaan-kerajaan yang lain, dan juga akan termakan oleh zaman.











DAFTAR PUSTAKA
Kesultanan Sambas (online)(http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Sambas,  dikunjungi tanggal 18 nopember 2012).
Kerajaan Sambas(online)(http://id.wikipedia.org/wiki.com diakses Kamis,
18 Oktober 2012).
        
    Sejarah Kerajaan  Sambas(online)(http://www.pontianakonline.com/sejarah/                                                                                                                                                                                                                                                                                                                       sambas.htmdiakses Kamis, 18 Oktober 2012).











1 komentar:

yukie mengatakan...

https://kokonatsutrrrrrrrrrrrrr.blogspot.sg/2017/11/5-hal-ini-dapat-memperkuat-kuku-setelah.html
https://kokonatsutrrrrrrrrrrrrr.blogspot.sg/2017/11/cara-gampang-bikin-kulit-kinclong-pakai.html
https://kokonatsutrrrrrrrrrrrrr.blogspot.sg/2017/11/studi-ingin-berumur-panjang-dan-awet.html

Tunggu Apa Lagi Guyss..
Let's Join With Us At Dominovip.com ^^
Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami :
- BBM : D8809B07 / 2B8EC0D2
- Skype : Vip_Domino
- WHATSAPP : +62813-2938-6562
- LINE : DOMINO1945.COM
- No Hp : +855-8173-4523

Posting Komentar